Supermaket di Jepang Itu Bernama ‘Pasar’

4 Desember 2009

06.38 Kamar 410 Marroad Narita International Hotel

Langit Jepang ternyata tidak ada bedanya dengan Indonesia. Tapi gerakan awannya lebih cepat. Apa karena jalan orang Jepang pada cepat ya? Hehehe~

Sekarang saya lagi di kamar hotel, sedang memandang dari jendela. Langitnya masih cukup gelap, karena sedang musim dingin. Jam 6.30 bahkan kami masih bisa shalat Subuh. Sambil mengamati, saya jadi bisa liat matahari terbit. Dari dulu saya suka sekali menanti datangnya fajar. Indah sekali dan membangkitkan semangat hidup. Suasana dari sini begitu tenang. Dari kamar saya terlihat jelas sekali bandara Narita. Tiap melihat bandara Narita baru saya sadar kalau saya sudah di Jepang. Tadi juga pas bangun tidur nyubit pipi sakit banget, tandanya benar lagi di Jepang..hehe.^^

Oh iya, entah kenapa saya liat ke kejauhan, tidak ada rumah penduduk di sekitar sini, kenapa ya? Padahal kalau jalan-jalan luas sekali. Yang banyak ditemukan malah hotel dan pusat perbelanjaan kecil. Walaupun terlihat sepi, tapi jadi lebih teratur dan enak dipandang. Eh, ada burung! Kayaknya bukan burung pipit seperti yang sering saya jumpai di Indonesia, mirip sih, tapi warnanya cantik dan ada garis-garis putih di dadanya. Omoshiroi desune.

Setelah mandi dan merapikan luggage, karena akan dikirim ke hotel selanjutnya di Kyoto, saya langsung ke lantai dasar. Ke ruangan yang tadi malam dijadikan tempat kumpul. Susah bilang namanya apa, kalau ball room bentuknya gak bulat. Karena bentuknya persegi, saya sebut square room aja yaa. Sebelum masuk, kami di check suhu badan pake alat yang sama kayak kemarin, ditempel di kuping. Pokoknya alatnya lucu. Yang mengecek suhu saya namanya Maru-chan, sebenarnya sih namanya Mark, volunteer Jepang tapi orang Jerman, gak tau kenapa nyasar ke sini.

Pas dia mau pasangin ke kuping saya dia kesusahan, soalnya saya pake kerudung. Terlihat agak kesal karena susah memakaikannya, saya bilang ke dia saya pake sendiri aja. Yang aneh, tau gak suhu badan saya berapa? 34, 5C! Dingin banget..Yang lain  paling sekitar 35-37. Hmmm.. sepertinya hipotermia.. Di square room, kami sudah disediakan makanan prasmanan buat breakfast, jadi kami bisa memilih sesuka kami.. Tiap makanan udah ditandai ada butaniku atau tidak, jadi bisa lebih berhati-hati. Sepertinya pihak AFS Jepang, concern sekali sama kami yang muslim ini.

Hari ini kami akan berangkat ke Tokyo karena akan diadakan orientasi tentang Jepang dan cara bergaul di Jepang dengan menggunakan magic word. Maksudnya magic word itu adalah kata-kata yang umum dipakai dalam keseharian orang Jepang. Oh iya, hari ini orang–orangnya sudah komplit, kayaknya anak-anak New Zealand kemarin malam sampai (yailah, kalau enggak mana mungkin ada di sini.^^’). Setelah orientasi saatnya lunch. Saatnya bertanya, salah-salah di obento ada butaniku (daging babi) nya. Hufft, lagi-lagi ada butaniku di dalam obento, mana nempel sama tempura yang kusuka, jadi gak bisa dimakan deh. 🙁

Eh tunggu, temanku udah makan sandwich-nya. Pas aku bilang itu daging babi, dia langsung ke toilet muntah-muntah. Kasihan sekali jadi gak nafsu makan. Walaupun kami bisa memilih untuk tidak makan daging babi, makanan yang kita makan gak seratus persen aman (halal). Sayuran dan seafood bisa aja di goreng pake minya babi, atau bumbu-bumbunya. Tadi sih udah nanya, katanya selain butaniku, yang lainnya halal. Yah, harus berhati-hati aja dan tawakal, toh kami sudah berusaha bertanya. Gak mungkin juga kami gak makan apa-apa.

Setelah orientasi, kalau tadi busnya masih nyatu sama anak-anak negara masing-masing, sekarang saatnya dicampur atau namanya country mix. Jadi di satu bis ada anak-anak dari setiap negara yang membaur. Saya kebagian bus CM (country mix) 10. Anak Indoensia yang satu bis sama saya ada 3 orang, Raysha, Afifah, dan Wahyu. Kayaknya di setiap bus pembagiannya begitu. Ada 3-4 orang yang satu negara. Bus country mix totalnya ada 14 bis. Oia, karena jumlah yang teramat banyak dari peserta Australia (totalnya 240), hanya 60 orang dari mereka yang di bagi-bagi ke country mix. Sisanya mereka digabung dengan nama bis experienced japan, jadi mereka gak nyampur sama yang lain. Selain itu rute yang mereka lewati pun berbeda, mereka gak ke Kyoto dan langsung ke Hiroshima. Bahkan ada beberapa tempat wisata yang  gak mereka kunjungi, hotelnya pun berbeda. Pembagian siapa yang country mix siapa yang exprienced Japan berdasarkan pengalaman mereka dengan Jepang. Jadi, yang experienced Japan adalah anak-anak Australia yang sudah lumayan bisa bahsa Jepang atau pernah punya pengalaman di Jepang. Jumlah bus exeperienced Japan gak tau berapa tepatnya, kalau gak salah sekitar 5 bis.

Di bus saya CM 10, ada 2 kakak volunteer Jepang namanya Oshima-san dan Asagi-san. Sedangkan tour guide-nya adalah Harumi-san dan Momo-san. Wah, orangnya lucu-lucu dan ceria. Harumi-san adalah tour guide yang senang sekali menjelaskan tentang Jepang dan jalan yang sedang kami lewati. Di sepanjang perjalanan dia rela berdiri dan menjelaskan.

Sebelum ke Stasiun Tokyo, bus kami singgah dulu ke sebuiah supermarket yang bikin surprised banget! Kenapa? Nama supermarketnya PASAR! Jangan-jangan yang punyanya orang Indonesia? Zannen desune, saya lupa nanya ke Harumi-san apa yang punyanya orang Indonesia..

Pasar di Jepang

Setelah ke supermarket yang mengagetkan tadi, kami akan ke Stasiun Tokyo. Kami ke stasiun karena kami akan menggunakan Shinkansen ke Kyoto! Shinkansen adalah kereta tercepat di dunia yang kecepatannya mencapai 300km/jam! Baru-baru ini saya baca koran di Indonesia, katanya mereka mau bikin yang 500km/jam tahun 2020, gak kebayang cepatnya kayak apa.. Di dunia internasional kereta ini biasa disebut ”bullet train” atau kereta peluru, karena ujung keretanya seperti peluru dan mungkin karena kecepatannya juga. Jarak dari Tokyo ke Kyoto sekitar 600 km, atau kurang lebih sama dengan jarak Jakarta-Yogya. Dan hanya ditempuh dalam waktu 2 jam saja..sugoi!  Di perjalanan menuju stasiun, Harumi-san bilang kami akan melewati Disney Land dan Tokyo Tower. Walaupun hanya sekilas. Tapi karena untuk mempercepat  jalan, kami pake highway, jadi gak  bisa liat disney land deh… 🙁 Sedangkan Tokyo Tower, liat sih, tapi sekilas banget..

Di depan stasiun  Tokyo, saya jadi benar-benar merasa di Jepang.

stasiun tokyo

Kayaknya pagi ini benar-benar rush hour, soalnya di jalanan bayak nemuin orang-orang. Seperti yang dibilang, orang Jepang patuh sekali sama peraturan. Di sini juga ada lampu lalu lintas khusus penyebrang dan yang naik sepeda. Di Jepang disediakan tiga jalan, untuk pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan bermotor. Kalau di negara kami, jalan hanya untuk kendaraan bermotor dan pedagang kaki lima, sampai-sampai karena trotoar dipakai pedagang kaki lima terpaksa kami harus jalan di jalur kendaraan bermotor.. 🙁 (curahan hati rakyat, hehe) Wajar kalau ada yang keserempet.. Berharap suatu saat nanti Indonesia bisa seperti Jepang keteraturannya, atau malah lebih. ^^

Oh iya, saya juga suka sekali dengan udara Jepang, segar banget. 😀

Setelah memasuki stasiun, akhirnya shinkansen datang..dari kejauhan..wuuuushhhhh..cepet banget… Pas masuk ke dalam, ternyata dalamnya gak semewah yang saya bayangkan. Modelnya seperti kereta eksekutif Agro Bromo atau Agro Lawu. Tapi jangan tanya bersihnya, bersih banget..toiletnya juga. Pokoknya betah deh. Pas jalan, whusssshhh..aaargh, cepet banget, kuping saya sakit. Rasanya kayak pesawat landing, tapi lama-lama jadi terbiasa. Oia, gak seperti kereta pada umumnya, shinkansen gak ada bunyi ”gejess, gejess” nya. Maksudnya bunyi yang bergoyang itu lho, bunyinya shinkansen..whusssshh..hehe. Katanya shinkansen ini di bawahnya pake magnet, jadi sebenarnya gak nyentuh rel. Wow!

Lagi-lagi jadi berfikir, kok bisa-bisanya orang Jepang punya ide kayak gini. Kalau kami baca berbagai sumber, bangsa Jepang bukanlah bangsa penemu, bisa dibilang bangsa pemodif.  Mobil yang menemukan orang Inggris, tapi dipasaran mobil Jepang yang paling booming. Di saat pabrik-pabrikan mobil Eropa berlomba-lomba membuat mobil mewah, mahal, dan boros bahan bakar, Jepang malah membuat mobil murah, hemat bahan bakar, terjangkau, dan tetap bagus modelnya. Demikian juga kereta, waktu zamannya Restorasi Meiji, Jepang minta diajarin Perancis yang saat itu paling maju dalam bidang perkeretaan untuk bikin kereta. Saat malam para pekerja Perancis lelah dan tertidur, dan meminta dilanjutkan besok, para pekerja  Jepang tetap mengerjakan di malam hari hingga tidak tidur. Dan pas paginya ketika terbangun, para pekerja Perancis tercengang karena keretanya sudah jadi, padahal masih ada yang harus diajarkan. Ulet sekali.. Sekarang Jepanglah yang paling maju dalam bidang perkeretaan. Demikian juga barang-barang elektronik lainnya, bukan Jepang yang menemukan, tapi produk mereka lah yang paling booming di pasaran. Karena mereka mengerti sekali yang diinginkan konsumen.

By the way sekarang saya udah nyampe di Stasiun Kyoto. Dengan menggunakan bus, kami menuju Prince Hotel Otsu. Wow! Hotel kali ini lebih mewah dari sebelumnya, elegan sekali. Kalau di hotel sebelumnya sekamar 2 orang, sekarang 4 orang. Saya sekamar dengan Raysha, Afifah, dan Hsin anak Malaysia. Karena tiba sudah larut malam, saatnya beristirahat.^^

Besok kami akan keliling Kyoto. 😉

Next : Tiba di Jepang

Previous : Kyoto dan Momiji

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *