Slovenia bukan Slovakia

posted in: Eropa, Indonesia, Traveling | 0

Pertama kali tau ada negara bernama Slovenia, ketika dulu kuliah di farmasi ITB ada dua orang mahasiswa asal slovenia datang student exchange di ITB. Karena nama negaranya ga sepopuler Inggris atau Jerman, bahkan saya dan teman kampus ga tau bedanya Slovakia dan Slovenia, mereka pun menjelaskan bahwa negaranya bersebelahan dengan Italia, dan sangat dekat ke Venice. Negara Slovenia masih memiliki garis pantai, sedangkan Slovakia dengan ibukota Bratislava hanya memiliki pegunungan.

Sejak tahun 2017, saya berkesempatan kuliah di Jerman. Karena Jerman termasuk Uni Eropa, untuk wisata ke negara-negara sekitar tentu jadi sangat mudah, tidak memerlukan visa tambahan. Rasanya seperti hanya pergi ke kota berbeda dalam satu negara. Dari kota tempat saya studi, ibukota Slovenia, Ljubljana hanya memakan kurang lebih 5 jam dari Munich menggunakan bus. Sebagai perbandingan, ke ibukota Jerman, Berlin, dari Munich menggunakan bus memakan waktu sekitar 7 jam.

Kebetulan perjalanan saya kali ini menggunakan Flixbus dari sebelumnya trip ke Vienna. Di Ljubjana, saya memutuskan untuk melakukan one day trip dan tidak menginap.

Pertama-tama saya sampai di Ljubljana Bus Station. Walaupun ibukota, saya merasa daerah sekitar sepi sekali. Memang hari itu adalah hari Minngu. Di Eropa hari Minggu memang biasanya sepi karena pertokoan dan mall tutup, yang buka hanya restoran. Kebetulan saya melihat di seberang terminal bis ada restoran kebab. Ketika saya menghampiri, tutup. T.T Padahal perut udah lapar banget. Akhirnya saya mencoba berjalan menuju kota tua Ljubljana. Salah satu tempat wisata yang paling populer di Eropa adalah kota-kota tuanya yang cantik.

Ljubljana Bus Station

Terminal bus Ljubljana

Dunya Donner Ljubljana

Restoran Kebab Dunya yang tutup

Dengan bantuan Google map, saya menelusuri jalan menuju kota tua yang memang seharusnya tidak begitu jauh dari terminal bus. Ketika berjalan, di depan saya terlihat ada seorang pria bertampang melayu. Tiba-tiba dia melihat ke arah saya. Lalu dia menyapa dengan bahasa Indonesia, “orang Indonesia, mbak?” “Eh iyaa.” Surprised ketemu orang Indonesia di Slovenia! Di negara yang mungkin bagi sebagian besar orang Indonesia terdengar asing. Saya pun dulu sebelum bertemu dengan orang Slovenia yang datang ke Indonesia berfikir demikian. Slovenia dan Slovakia saya kira dulu tidak ada bedanya. ^^’

Si akang ternyata orang Sunda, bekerja sebagai koki di salah satu restoran di Slovenia. Sudah bertahun-tahun tinggal di sini dan punya istri orang asli Slovenia. Dia sendiri surprised beretemu turis Indonesia di Slovenia, karena biasanya Slovenia bukan jadi tujuan para pelancong Indonesia yang ke Eropa. Hehe, saya sendiri dulu tidak pernah terfikirkan ke negara bernama Slovenia. Karena tempatnya yang dekat dengan Munich, kota tempat saya tinggal di Jerman, saya pun memutuskan ke sini. Di Slovenia sendiri menurutnya memang tidak banyak orang Indonesia. Sejauh ini yang dia tau di seluruh Slovenia hanya ada 30-an orang Indonesia.

Ljubljana Old Town

Ljubljana Old Town

Setelah berbincang-bincang dengan si Akang tadi, saya pun berpamitan. Si Akang memang sedang di perjalanan untuk berangkat kerja. Karena waktu yang singkat, saya memutuskan hanya berjalan-jalan di sekitar old town Ljubljana.

Robba Fountain Ljubljana Town Hall

Robba Fountain di Ljubljana Town Hall

The Franciscan Church of the Annunciation

Prešeren Square dan Franciscan Church of the Annunciation

Ljubljana Castle

Ljubljana Castle dari kejauhan

Ljubljana Castle

Ljubljana Castle (bagian atas)

Ljubljana Triple Bridge

Ljubljana Triple Bridge

Ljubljana Lock Bridge

Ljubljana Lock Bridge

Setelah puas keliling, saya yang kelaparan memutuskan membeli kebab di dekat terminal bus. Dengan harga 3.5  €, saya dapat kebab yang enak dan banyak banget. :9 Slovenia memang relatif murah dibandingkan Munich.

Ketika menunggu bis kembali ke Munich, saya disapa orang Malaysia karena dikira orang Malaysia. Saya pun mengatakan bahwa saya orang Indonesia. Beberapa menit ebelumnya saya disapa orang Kazhakstan karena disangka orang Khazakstan, wkwk. Tidak disangka, kami sama-sama menunggu bus ke Munich. Dia memang sedang melakukan perjalanan bisnis di Munich, sedangkan ke Ljubljana hanya untuk melakukan euro trip, mumpung sedang di Jerman. 😀

Di perjalanan, saya melihat pemandangan gunung alpen yang diselimuti salju abadi. Luar biasa cantiknya, masya Allah.^^ Menurut saya, dibandingkan pantai, ke eropa lebih menarik melihat gunung-gunung dan desa-desa di dekat pegunungan, karena sangat cantik. Untuk pantai menurut saya pantai-pantai Indonesia lebih bagus yaa, hehe.

Alpine Mountain along the way

Pegunungan Alpen di perjalanan pulang ke Munich

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *