Sepenggal Kisah dari TKW di Abu Dhabi

Jika teman-teman berkesempatan ke Amsterdam naik Garuda Indonesia atau Etihad Airways, maka teman-teman akan merasakan transit di Abu Dhabi. Yang namanya transit, tentu memakan waktu beberapa jam. Biasanya bagi yang belum pernah transit di suatu negara, pasti penasaran negara itu seperti apa. Kalaupun tidak memiliki visa, tentu keliling airport setempat  sudah cukup menyenangkan.😊 Itulah yang saya rasakan ketika transit di Abu Dhabi ketika naik pesawat Garuda Indonesia dengan tujuan Amsterdam. Rencananya kami akan menghadiri konferensi di Utrecht, Belanda. Selain akan membosankan jika menunggu di pesawat yang sedang mengisi Avtur, saya sendiri belum pernah ke Abu Dhabi sehingga tentu ingin berkeliling. Sebenarnya di Abu Dhabi ini tidak hanya sekedar transit, ada juga yang tujuan akhirnya Abu Dhabi. Kebanyakan yang turun di Abu Dhabi ini adalah TKW. Karena transit hanya 2 jam, dan saya tidak punya visa, saya dan kedua teman saya hanya berkeliling airport.

Abu Dhabi airport UEA

salah satu sudut Abu Dhabi airport

Teman-teman mungkin akan sedikit berbangga jika berkesempatan menggunakan Garuda Indonesia ke Amsterdam. Karena mayoritas penumpangnya adalah orang asing yang pulang berlibur, demikian pula ketika pulang ke Jakarta dari Amsterdam. Semua bangku penuh. Padahal jika kita mencari-cari tiket pesawat, masih banyak maskapai lainnya yang lebih murah dibandingkan Garuda yang relatif mahal. Namun kemahalan itu dibayar dengan service garuda yang luar biasa. Pantas saja di tahun lalu dan tahun ini garuda mendapatkan 2 penghargaan bergengsi tingkat dunia, yaitu “The World’s Best Regional Airline”  dan “The World’s Best Economy Class”. Makanannya juga sangat enak. :9 Untuk penerbangan ke Amsterdam, makanan diberikan 3x, lengkap dengan dessert dan snacks sebelum makan berat.

Pelarangan Garuda terbang di Eropa selama beberapa tahun agaknya terbayarkan dengan penghargaan-penghargaan tersebut. Alhamdulillah.:”) Yang menarik setiap turun dari pesawat, Garuda akan memperdengarkan kompilasi musik instrument dari lagu rakyat dan lagu Nasional Indonesia yang benar-benar sangat enak didengar. Apalagi buat bule-bule yang seneng dengerin lagu-lagu Indonesia. Belum lagi pramugarinya yang ramah, dan selalu siap jika dimintai pertolongan. ^^

Oke, kembali ke cerita para TKW. Ketika penerbangan dengan Garuda dari Jakarta ke Amsterdam dan transit di Abu Dhabi, kebetulan saya dan kedua teman saya duduk di sekitar TKW yang jumlahnya sekitar 10 orang. Kenapa saya tau mereka TKW? Karena dari buku-buku dan blog-blog orang yang pernah traveling dan satu pesawat dengan TKW dan mendeskripsikan perilakunya, semuanya itu sesuai dengan apa yang saya jumpai. Ya, seperti tidak menegakkan bangku pesawat ketika pesawat akan lepas landas, buang sampah sembarangan di atas pesawat, menginjak bangku untuk meletakkan barang di cabin dengan masih menggunakan sepatu, memundurkan bangku sesukanya padahal tentu penumpang di belakang tidak nyaman jika ingin melihat LCD, dan berdandan yang nyentrik. Sebenarnya masih ada karakteristik yang lainnya.

Tampak ada orang asing yang terlihat kesal karena tidak nyaman menggunakan LCD ketika TKW yang duduk di depan mereka memundurkan bangku sesukanya. Malu juga dengan orang-orang asing di sekitar mereka, karena kami duduk dekat mereka dan kami pun tidak luput dari pandangan orang-orang asing tersebut yang melihat ke arah kami dan para TKW tersebut.

Ketika tiba waktunya transit, benar saja ternyata mereka turun di Abu Dhabi. Saya dan kedua teman saya pun ikut turun dan berkeliling sambil menunggu pesawat diisi bahan bakar selama 2 jam. Ketika berjalan lebih jauh di dalam airport, kami bertemu dengan TKW-TKW yang tadi di pesawat. Mereka sedang duduk di salah satu spot di airport dan tampak kebingungan. Mereka pun memanggil kami dan memperingatkan kami untuk bergabung, karena jika berkeliaran seperti itu bisa kesasar. Ya, mereka menyangka kami juga TKW. Setelah dijelaskan kami hanya transit dan tujuan akhir kami adalah Amsterdam akhirnya mereka pun mengerti.

Mereka pun akhirnya bercerita kepada kami bahwa mereka kebingungan karena tidak ada yang menjemput. Dan petugas-petugas airport tidak ada yang mempedulikan mereka. Bahkan mereka tidak memiliki visa! Akhirnya kami pun membantu mereka berkomunikasi dengan petugas airport terdekat. Lucunya petugas airport kaget ketika kami berbahasa Inggris, dan mengira kami juga TKW. Setelah berbincang dengan petugas airport, ternyata alasan para TKW tersebut tekesan tidak diperhatikan karena pemandangan tersebut sudah biasa setiap harinya. Petugas airport mengatakan bahwa nanti juga ada yang menjemput dan mengurusi. Setelah menyampaikan apa yang disampaikan petugas airport kepada TKW-TKW tersebut, mereka menjadi lebih tenang dan berterima kasih kepada kami. Saya jadi merasa kasihan dengan TKW-TKW tersebut, karena mereka tidak dibekali kemampuan bahasa yang mumpuni, paling tidak untuk bertanya kepada petugas airport. Ini baru awal dari perjalanan mereka, saya tidak bisa membayangkan bagaimana mereka kelak berkomunikasi dengan majikannya.

Dan.. pertanyaan-pertanyaan yang mengganjal pun akhirnya terjawab saat pulang dari Amsterdam ke Jakarta. Dari Amsterdam ke Jakarta, kami kembali transit di Abu Dhabi. Saat berkeliling airport, tiba-tiba dari belakang ada seorang ibu-ibu yang memanggil kami. Ibu-ibu tersebut mengaku kebingungan. Dia akan ke Indonesia dengan pesawat Garuda, tapi kebingungan gate-nya yang mana. Kami pun mencoba melihat tiketnya, ternyata tujuan dan keberangkatannya sama dengan kami. Mengetahui hal tersebut, Ibu tersebut merasa senang. Dia tiba-tiba bertanya kepada kami di mana kami bekerja. Kami pun menjawab bahwa kami dari Amsterdam menghadiri konferensi. Dan Ibu itu pun bertanya Amsterdam di sebelah mananya Abu Dhabi dan bertanya kami digaji berapa, apakah kami pulang juga karena bermasalah dengan majikan. Ibu itu pun bercerita bahwa dia berhasil kabur dari majikannya, dan mengungsi ke KBRI. Untungnya setelah mengungsi, KBRI berhasil mengurus gajinya, sehingga Ibu tersebut mendapatkan gajinya yang hampir setahun tidak pernah dibayarkan majikannya. Ibu itu kabur dari majikannya karena majikannya kasar dan sering menyuruhnya melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berat sampai dia menjadi kurus dan sering sakit. Saya memang melihat fisik ibu itu terlihat kurus dan pucat. Dia pun mengatakan bahwa sebelumnya pernah bekerja di Suriah dan mendapat majikan yang sangat baik, gaji selalu dibayarkan tepat waktu, bahkan ketika bekerja di Suriah Ibu tersebut mengatakan bahwa dirinya gemuk. Ketika pulang ke Indonesia untuk menjenguk suami dan anaknya, ibu tersebut ditahan agak lama di Indonesia oleh suaminya. Ketika ingin kembali ke Suriah, ternyata majikannya sudah memiliki pembantu baru. Sehingga ibu tersebut mencari peruntungan lainnya. Hingga akhirnya beliau berhasil bekerja di Abu dhabi. Tapi sayangnya, majikannya di Abu Dhabi tidak sebaik majikannya di Suriah, bahkan cenderung berprilaku kejam. Karena tidak tahan, ibu tersebut pun akhirnya kabur. Bahkan Ibu tersebut mengatakan bahwa saat ini ada ratusan orang yang sedang ditampung di KBRI karena kabur dari majikan dan menunggu gaji mereka yang belum dibayarkan. Ibu itu pun bercerita bahwa sebenarnya rata-rata TKW di Arab tidak mengerti bahasa Arab. Sehingga untuk berkomunikasi dengan majikan hanya menggunakan isyarat. Mendengar setiap pengakuan Ibu tersebut hati saya terenyuh. Wajar saja jika ada TKW yang melakukan kesalahan dan majikan mereka marah. Mereka tidak mengerti apa yang dikatakan majikan. Hanya isyarat yang dimengerti. Untung jika mendapat majikan yang baik dan sabar. Bagaimana jika mendapat majikan yang kasar? Dan sering juga saya mendengar TKW diperkosa. Salah satu faktor penyebabnya adalah gaya berpakaian wanita di Indonesia yang lebih ‘terbuka’. Bandingkan dengan kebanyakan para wanita arab yang semuanya serba tertutup dan berpakaian hitam.

Sedih rasanya mendengar pengakuan para TKW tersebut. Mereka yang disebut pahlawan devisa, tetapi tidak mendapatkan penghargaan layaknya pahlawan. Mereka tidak dibekali kemampuan yang mumpuni untuk bekerja di negeri orang. Paling tidak untuk berkomunikasi sehari-hari agar terhindar  dari kesalahpahaman.

Saya berharap pemerintah lebih meningkatkan pemantauan terhadap para TKW yang bekerja di luar negeri, serta lebih meningkatkan pemberantasan terhadap agent-agent pemberangkatan TKI illegal. Semoga kedepannya pahlawan devisa kita mendapatkan perlakuan yang lebih baik layaknya pahlawan..

Next : Hikmah di balik Umroh dan Charger Ruhiyah

Previous : Idul Fitri, Kantor Polisi, dan Cerita Mualaf di Belanda

4 Responses

  1. Tia

    Hi!
    Mau tanya, berhubung ibuku mau ke Belanda dan naik Garuda, tapi beliau nggak bisa bahasa inggris, waktu transit di Abu Dhabi bolehkah kalau tidak turun dari pesawat? Thanks

  2. Vi

    Hi.. kalau naik garuda dari jkt ke abu dhabi pramugari nya orang asing atau orang indonesia ya mba?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *