Mencontoh Jepang untuk Pendidikan Lingkungan di Sekolah

posted in: Education, Indonesia, Jepang | 1

Dari semua negara yang pernah dikunjungi, menurut saya Jepang adalah negara yang paling bersih dan paling baik dalam mengelola sampah. Ketika saya mengunjungi tempat penampungan sampah di Hiroshima, saya takjub dengan betapa megah dan canggihnya tempat tersebut (baca: Tempat Pembuangan Sampah Hiroshima). Sempat saya mengira yang saya kunjungi adalah sebuah mal. Bahkan ketika saya homestay di rumah orang Jepang, saya sampai diajari cara membuang sampah yang tepat karena di rumah hostfam saya tempat sampah berjejer empat, bukan hanya organik dan anorganik seperti umumnya di Indonesia.

hiroshima city naka incineration plant

hiroshima city naka incineration plant

Kebersihan dan budaya membuang sampah pada tempatnya memang sudah mendarahdaging bagi orang Jepang. Masih teringat ketika piala dunia 2014 lalu di Brazil, sempat ada liputan bagaimana penonton dari Jepang memunguti sampah-sampah di sekitar bangku penonton setelah pertandingan berakhir.

Indonesia sebagai salah satu negara yang masih bermasalah dengan kebersihan, ada baiknya mencontoh Jepang agar penduduknya punya tingkat kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan, kalau perlu bisa mendarahdaging (kok jadi ngeri yaah ‘darahdaging’ 😆). Bagaimana cara mencontohnya? Ketika saya mengunjungi salah satu SMA di Jepang, saya melihat siswa-siswa di sana lah yang membersihkan sekolah mereka, bukan petugas kebersihan. Dari mulai WC, kelas, sampai tangga sekolah, semua siswa-siswinya yang membersihkan. Padahal sekolahnya super banget luasnya.  Tentunya ketika kita sendiri yang membersihkan, pasti ada rasa ‘bete’ kalo ada yang mengotori, karena kita sudah bersusah payah membersihkan. Sehingga kita pun jadi berfikir dua kali ketika ingin buang sampah sembarangan. Kita saja tidak mau capek membersihkan, apalagi orang lain. Hal seperti ini akan menimbulkan kesadaran di antara sesama siswa untuk tidak buang sampah sembarangan dan mengotori dengan tidak bertanggung jawab.

Menurut saya  mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang diajarkan di beberapa sekolah, terlalu penuh dengan teori tapi praktiknya kurang.  Yang ada hanya menambah beban mata pelajaran bagi siswa-siswa di sekolah. Saya berharap praktiknya lah yang lebih diperbanyak. Kalau saya guru PLH, saya akan menilai praktik dengan bobot 80%, teori 20%. Lalu bagaimana praktiknya? Praktiknya adalah ada piket membersihkan kelas dan piket membersihkan sekolah. Untuk piket membersihkan kelas, jadwal piket yang dibuat adalah untuk siswa-siswi khusus di kelas tersebut. Adapun untuk membersihkan gedung sekolah (seperti WC, tangga, lapangan, membuang sampah ke penampungan, dll kecuali kelas), tentu membutuhkan masa yang banyak, sehingga jadwal piket misalnya bisa dibuat dalam satu hari ada 2 kelas yang membersihkan, dan digilir untuk 2 kelas yang lain, begitu seterusnya sampai semua kelas kebagian giliran piket sekolah. Bagi yang tidak ikut piket dengan alasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, bisa diberikan sanksi berupa nilai PLH yang jelek atau membuat esai tentang lingkungan hidup yang jumlah halamannya bikin kapok untuk bolos piket, hehe. Diharapkan tidak hanya budaya bersih saja yang tercipta, tapi semangat gotong royong dan saling tolong-menolong antar siswa juga akan tercipta. 😊

Di sini lah pentingnya kerja sama dari Kementerian Pendidikan dan Kementerian Lingkungan Hidup. Saya berharap mata pelajaran PLH yang saya impikan bisa masuk kurikulum. Aamiin. Semoga bisa menjadi surat terbuka untuk Menteri pendidikan dan Menteri Lingkungan Hidup.

Next : Ke Luar Negeri Gratis untuk Pelajar SMA

Previous : Winter di Korea Selatan

  1. Hanif

    kesadaran membuang sampah yang benar di Indonesia masih kurang, wong dukungan dari pemerintahnya saja kkurang, misalnya kita sudah memilah dan memisahkan sampah nanti waktu diangkut, dicampur lagi sampahnya sama petugas kebersihan.
    dan PLH menjadi mata kuliah umum di kampus saya tapi masih berat sebelah di teorinya memang betul hanya menjadi beban akademik hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *