Berbeda dengan bule-bule yang senang mencari matahari dan menyukai musim panas, saya yang berasal dari daerah tropis ini justru menyukai musim dingin. Karena ketika dingin kita bisa memakai pakaian yang tebal dan berlapis-lapis, sedangkan jika sangat panas tentunya tidak bisa lepas baju, hehe. Selain, itu walau berasal dari daerah tropis, saya termasuk yang tidak kuat dengan matahari yang terik, biasanya langsung sempoyongan.
Liburan winter yang mencapai 2 minggu (seminggu sebelum dan setelah natal) ini, tentunya tidak mau saya lewatkan begitu saja seperti tahun sebelumnya di mana saya masih beradaptasi dengan Jerman. Dari jauh-jauh hari, saya dan teman-teman di Stuttgart sudah mempersiapkan untuk liburan winter kali ini. Kami memutuskan untuk mampir ke beberapa negara terdekat dengan Jerman, yaitu Ceko, Hungaria, dan Slovakia. Sebenarnya negara yang saya benar-benar tertarik saat itu hanya Ceko, tapi karena ingin murah, kami membeli Interflix voucher dari Flixbus.
Saya mau jelasin sekilas terkait Interflix voucher. Jadi dengan interflix voucher, kita bisa traveling ke 5 rute berbeda menggunkan Flixbus dengan membayar hanya 99 € untuk InterFlix voucher. Voucher ini berlaku untuk 5 kali perjalanan, namun rute perjalanannya harus berbeda. Sebagai contoh tidak boleh Munich ke Praha terus Praha ke Munich. Voucher berlaku untuk 3 bulan perjalanan, jadi tidak harus traveling dalam waktu yang berdekatan ke semua kota. Voucher ini hanya berlaku untuk perjalanan direct, yaitu tidak ada transit. Biasanya traveling akan jadi lebih murah menggunakan Interflix voucher untuk perjalanan antar kota yang jauh. Jadi sebelum beli voucher ini perlu melakukan check terlebih dulu, bisa jadi lebih murah kalau tidak beli voucher. Misal perjalanan dari Munich ke Nuremberg, ada tiket FlixBus yang hanya 7 € sekali jalan. Tentu lebih murah tanpa voucher. Karena voucher 99 € dibagi 5 perjalanan maka jadi 19,8 €/perjalanan. (Baca : Tips Traveling Murah di Eropa)
Well, kembali ke cerita Praha, hehe. Jadi karena Munich lebih dekat ke Praha, teman-teman saya memutuskan untuk berangkat dari kota tempat saya tinggal, yaitu Munich. Karena interflix voucher 5 kali perjalanan berbeda. Maka kami memutuskan ke kota lain juga selain Praha, yaitu Budapest (Hungaria) dan Bratislava (Slovakia). Untuk saya rutenya Munich-Praha-Budapest-Bratislava-Munich. Sedangkan teman-teman saya rutenya Stuttgart-Munich-Praha-Budapest-Bratislava-Stuttgart. Sebenarnya untuk saya total hanya 4 rute, masih ada 1 rute yang bisa dipakai dalam waktu 3 bulan. Tapi biarpun 1 perjalanan tidak terpakai, masih tetap jauh lebih murah menggunakan interflix voucher dibandingkan beli tiket masing-masing perjalanan.
Dari Munich ZOB, memakan waktu sekitar 5 jam sampai di Praha. Alhamdulillah di Praha kami memiliki kenalan warga lokal bernama Romana. Dengan Romana kami akan keliling-keliling Praha seharian sampai besok malam kami berangkat ke Budapest. Karena lapar, sebelum jalan-jalan kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Salah satu teman saya Lili, asli minang, ingin makan masakan Indonesia. Sebelumnya dia sudah bertanya mbah Google dan menemukan ada restoran Indonesia tidak jauh dari stasiun Praha, bernama Javanka. Sayang sekali, ketika sampai di sana restoran sedang tutup. Akhirnya kami memutuskan makan di restoran sekitar.
Menu Javanka
Restoran Javanka yang tutup
Setelah makan siang, kami menaruh barang-barang terlebih dahulu di hotel tempat menginap, hotel Meda of Museum Kampa. Letaknya yang di pusat kota dan tidak jauh dari stasiun Praha, membuat kami mudah keliling pusat kota. Setelah berkeliling sebentar, kami pergi ke tujuan utama kami, Prague Castle. Di depan pintu masuk, sudah ada petugas yang berjaga.
Prague Castle
St. Vitus Cathedral
Prague Castle merupakan salah satu kompleks kastil terbesar di dunia yang berdiri sejak abad ke-9. Kastil ini didirikan oleh Raja Bohemia, dan sekarang menjadi kantor Presiden Ceko. Selain istana, di kompleks ini juga terdapat gereja-gereja. Salah satu yang bentuknya megah adalah St. Vitus Cathedral. Anyway, kebetulan kami di sini ketemu rombongan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang beresekolah di Polandia. Hehe, Indonesians are everywhere!
Dari kastil yang berada di atas bukit, Romana membawa kami keluar kastil berjalan ke bawah, terdapat rumah-rumah penduduk dan pasar malam yang menjual aneka jajanan, terutama kue khas Praha, trdelnik. Saya pun membeli trdelnik dengan isian cream coklat dan secangkir teh apel. Rasanya yummy! :9
Winter illumination depan pasar malam
Trdelnik dan teh apel
Lokasi kastil yang di atas bukit, membuat pemandangan di sekitar sangatlah cantik. Ketika kami menuruni kastil, kami bisa melihat seluruh pemandangan kota Praha dari bawah. Lampu-lampunya benar-benar cantik. <3
Pemandangan malam kota Praha
Pemandangan malam kota Praha
Tujuan kami berikutnya adalah ke Charles Bridge, jembatan cantik yang melewati sungai Vltava. Dinamakan jembatan Charles karena jembatan ini dibangun pada masa Raja Charles IV.
berfoto di depan Jembatan Charles
Dari jembatan Charles, kami menuju kota tua Praha. Di kota tua, kami melewati tower yang memiliki jam yang berukuran sangat besar, yang menjadi salah satu landmark kota Praha, yaitu Prague Orloj.
Prague Orloj
Kota tua Praha, di musim dingin sangatlah cantik, terutama kerlap-kerlip lampu dan winter illumination. Saat itu di kota tua, ada pasar malam dan pertunjukan kebudayaan Praha dari orang lokal.
Winter illumination
Pertunjukan budaya Praha
Winter illumination dan lampu-lampu kota
Malam ini kami berpisah dengan Romana, teman Praha kami. Keesokan paginya, sebelum berangkat ke Budapest, kami menyempatkan keliling lagi ke tempat-tempat yang kemarin kami singgahi. Karena ingin melihat Praha di pagi hari. Namun sayang cuacanya sedang mendung. Di Praha kami juga sempat mengunjungi Lennon Wall, tembok yang berisikan grafiti-grafiti dari lirik Lennon dan kata-kata kebebasan melawan rezim komunis. Setelah itu kami kembali menuju kota tua dan jembatan Charles.
Church of Our Lady Before Tyn
Charles Bridge Tower
Dari jembatan Charles, kami kembali mendaki ke arah gereja St. Nicholas untuk melihat kota Praha dari ketinggian.
Gereja St. Nicholas
Rumah penduduk Praha
Sebelum berangkat ke Budapest dari Praha di malam hari, teman saya Lili masih ingin makan masakan Indonesia. Jadi kami mencari restoran Indonesia di sekitar. Alhamdulillah ketemu Restoran Indonesia bernama Garuda. Di sana saya memesan mie goreng dan perkedel. :9
Restoran Garuda
Mie Goreng dan Perkedel di Restoran Garuda
Setelah makan, kami pergi ke masjid terdekat dengan stasiun bus untuk jamak shalat maghrib dan Isya. Tidak disangka, di sana kami bertemu dengan orang Indonesia yang sedang mengambil kuliah S3 di Ceko. So surprised! Ternyata di Ceko pun bisa bertemu dengan beberapa orang Indonesia. Sebenarnya waktu membeli souvenir di Old Town Praha, kami juga bertemu dengan pegawai orang Indonesia yang sudah puluhan tahun tinggal di Ceko. Memang di Ceko tidak terlalu banyak orang Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat, apalagi Belanda, hehe.
Next : Budapest dan Sungai Danube
Previous : Gunung Fuji dan Kawaguchiko
Leave a Reply