Kota kedua yang kami kunjungi di Andalusia setelah Sevilla adalah Cordoba. Dari Sevilla, kami menggunakan bus menuju Cordoba, kota cahayanya Eropa ketika sebagian besar eropa dalam kegelapan. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 jam. Dari terminal bus, dengan menggunakan bus kota kami menuju penginapan. Karena lapar dan sudah memasuki makan siang, kami mencari restroran halal. Ternyata ada restoran halal Marocco yang berada di area foodcourt Mercados Victoria.
Food Court Mercados Victoria
makanan Maroko di Mercados Victoria
Selain masakan Maroko, banyak terdapat menu seafood. WOW. Saya suka banget sama seafood-seafoodnya yang terlihat segar. :9 Ada juga nasi seafood menu khas Spanyol, Paella. Kalau di Sevilla restoran Perro Viejo Seville menyediakan menu spesial Paella dengan nasi tinta cumi, di foodcourt Mercados Victoria ga ada pilihan tinta cumi. Dan rasa Paella-nya memang lebih enak yang di Sevilla.
seafod-seafood yang lezat :9
Paella di Mercados Victoria
Walaupun bulan April masih musim semi, Cordoba panas banget. Memang letak spanyol yang di selatan Eropa, dengan pantai-pantai di laut Mediterania, membuat musim semi pun terasa panas. Pas banget di pintu masuk ada yang jual smoothies buah-buahan, dengan poster-poster khasiatnya. Saya pun memesan smoothies mangga dicampur Cranberry. Jadi teringat buah-buahan di supermarket-supermarket di Jerman banyak berasal dari Spanyol. Daerah Andalusia memang terkenal subur dan menjadi salah satu area pertanian terbesar di Spanyol.
jus buah dan smoothies segar di Mercados Victoria
jus buah dan smoothies segar di Mercados Victoria
Setelah perut kenyang hati riang, hehe, kami pus memulai berjalan-jalan di Cordoba. Di Cordoba banyak jalan-jalan sempit yang tertata cantik, dengan dinding-dinding rumah digantung pot bunga-bunga. Rasa panas di Cordoba pun berkurang kala melalui jalan-jalan kecil yang teduh dan indah.
pot-pot dinding yang cantik
bunga-bunga yang cantik
gang-gang di kota cordoba
Pertama-tama kami menuju Mezquita Cordoba. Ternyata untuk masuk ke Meazquita bisa gratis, tapi di pagi hari sebelum buka, yaitu dari jam 8.30-9.30. Karena besok kami masih memiliki banyak waktu di Cordoba, kami pun memutuskan untuk datang ke Mezquita besok ketika gratis, haha, maaf mahasiswa. ^^
Kami pun berjalan-jalan di sekeliling Mezquita. Di dinding-dindingnya, banyak terdapat khaligrafi. Khas dinasti Umayyah, ada corak kubah garis-garis merah putih yang kini desain seperti itu menjadi panutan banyak masjid-masjid modern di Indonesia.
jalan di samping Mezquita Cordoba
di depan salah satu pintu Mezquita Cordoba
Di sebrang masjid, terdapat jembatan yang sangat besar disebut sebagai Roman Bridge yang melalui sungai Guadalquivir. Dinamakan Roman Bridge karena pertama kali didirikan oleh orang-orang Romawi sebelum Islam datang. Dan ketika Islam datang, dibangun jembatan yang lebih besar di tempat yang sama sehingga bangunannya berasitektur khas bangunan bangsa Moor. Di ujung jembatan terdapat tower untuk melindungi kota. Kini tower tersebut dialihfungsikan menjadi museum Museo Vivo de Al-Andalus yang memperlihatkan bagaimana Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup berdampingan dengan damai pada masa kepimimpinan Muslim di kota Cordoba.
Roman Bridge di Cordoba
Roman Bridge di Cordoba
Torre de La Calahorra atau Museo Vivo de Al-Andalus
Keesokan harinya, pagi-pagi kami kembali mendatangi Mezquita. Kami memutuskan datang sebelum buka, karena dari pukul 08.30-09.30, Mezquita dibuka gratis untuk umum. Alhamdulillah hanya seikit orang yang datang, sehingga kami lebih leluasa keliling. ^^
Pas masuk entah kenapa saya merasa terharu. :’) Teringat ketika kecil saya menonton liputan jejak Islam di Spanyol yang memperlihatkan Meezquita. Dalam hati ketika itu saya bertekad suatu hari nanti dapat mengunjungi kota Cordoba dan melihat keindahan Islam di sana. Alhamdulillah kesempatan tersebut datang, saya sekolah di Jerman dan berkesempatan mengunjungi Spanyol dengan tiket yang jauh lebih murah dibandingkan saya langsung ke Spanyol dari Indonesia.
Seperti yang sudah saya sebutkan di Jejak Islam Andalusia Part I (Sevilla) , orang Islam kalau membangun masjid atau rumah Allah, sangat megah, lebih megah dibandingkan istana sultan. Hal ini memang untuk mengajarkan pada pemimpin untuk hidup sederhana, bahwa bermegah-megahan hanya akan memberikan kehancuran pada umat Islam. Dan memang kenyataannya, ketika para raja dan ratu mengenal kemewahan, tidak lama kemudian kesultanan tersebut runtuh.
Mezquita saat ini beralih fungsi dari sebelumnya masjid menjadi gereja. Sehingga umat Islam tidak bisa melakukan sholat di sini. Dari luar kita bisa melihat menara masjid tempat mengumandangkan azan berubah menjadi lonceng katedral.
Menara azan yang berubah menjadi lonceng katedral
Masuk ke dalam, suasana menjadi tambah tambah syahdu. Design arsitektur yang terkenal khas Umayyah yang berbentuk lengkungan tapal kuda dengan warna yang berselang-seling benar-benar sangat khas. Bahkan masjid Nabawi di Madinah yang direnovasi pun mengikuti model seperti ini. Kini desin melengkung dengan 2 gradasi warna ini menjadi hit bagi design masjid-masjid di Indonesia.
Arsitektur Mezquita yang terkenal
Selain design berbentuk tapal kuda, terdapat juga design berbentuk sarang lebah seperti di bawah ini. Lebah memang sangat spesial bagi umat Islam. Di Al-Qur’an umat Islam diminta untuk belajar dari lebah. Bagaimana lebih mengambil makanan yang terbaik dan membangun sarang-sarangnya dengan baik.
tiang-tiang perluasan oleh Al-Hakam II berbentuk sarang lebah
Lorong di dalam Mezquita
Lorong dan Kaligrafi dalam Mezquita
Ngomong-ngomong karena ini masjid, entah kenapa saya penasaran dengan mihrab-nya. Saya pun mencoba melihat kiblat melalui smartphone. Eeeeeh?! Kenapa mihrab ini gak menghadap Mekkah?? Aneh banget. Setelah saya cari informasi di buku, ada beberapa kemungkinan kenapa mihrab ini tidak menghadap Mekkah. Ada yang bilang karena sebelum menjadi masjid, sebagian bangunannya dahulu merupakan bekas gereja tua St. Vincent yang dibeli oleh sultan kepada orang Kristen karena semakin bertumbuhnya jumlah Muslim, sehingga tidak ada alasan untuk menghancurkannya dan membangun ulang. Lalu ada juga yang mengatakan Abdul Rahman I membuat mihrab ini menghadap tempat pertama beliau mendarat di Spanyol. Tapi teori tersebut ga ada yang bisa benar-benar memastikan.
Mihrab di Mezquita
Pintu dan kaligrafi di Mezquita
Karena saat ini Mezquita sudah menjadi katedral Katolik, terdapat beberapa tambahan yang diberikan pada bangunan ini. Seperti minaret Masjid berubah menjadi lonceng gereja dan penambahan patung dan lukisan di dalamnya.
Kaligrafi dalam Mezquita
Patung-patung di dalam Mezquita
Mezquita dari luar
Dari Mezquita, kami berjalan keluar dan melihat tempat pemandian bernama Hammam Al andalus yang di-design mirip dengan pemandian di zaman Andalusia. Islam mengajarkan kebersihan kepada penganutnya. Bahkan Bab awal dari buku Fiqih adalah tentang mensucikan diri. Sehingga air dan pemandian menjadi sangatlah penting dalam peradaban umat Islam.
pemandian ala Andalusia Hammam Al Andalus
pemandian ala Andalusia Hammam Al Andalus
Kami pun terus berjalan, dan melihat ada sebuah plaza bertuliskan arab. Ternyata itu merupakan syair karya penyair terkenal di zamannya, yaitu penyari Ibn Zaydon.
Ibn Zaydon
Tidak begitu jauh terdapat patung Ibn Rusyd, atau bagi orang barat terkenal sebagai Averroes, seorang filosofer dan ilmuwan terkenal di dunia barat. Khas ilmuwan Muslim jaman dahulu, Ibn Rusyd tidak hanya menguasai satu bidang, tapi juga banyak bidang seperti filosofi, kedokteran, astronomi, fisika, dll. Salut deh sama keilmuan orang Muslim zaman dahulu.
Ibn Rusyd
Selain Ibn Rusyd, ada juga filosofer dan ilmuwan terkenal lainnya yang lahir di Cordoba yang merupakan orang Yahudi, yaitu Maimonides. Konon Maimonides ini adalah filosofer Yahudi terbesar di masanya.
Mamonides
Tiba waktu sholat Dzuhur, kami mencari masjid. Biarpun ada Mezquita yang merupakan masjid masjid yang terbesar di zamannya, tapi sekarang tidak bisa dipakai lagi. Sayangnya sekarang ini di Cordoba tidak ada masjid lainnya, hanya ada mushola kecil. Alhamdulillah masih bisa sholat di Cordoba.^^
Mushola kecil di Cordoba
Mushola kecil di Cordoba
Setelah sholat kami menuju Alcazar of the Christian Monarchs. Alcazar ini adalah istana yang berbeda dengan istana sultan di Cordoba. Namun Alcazar ini dibangun dengan model Mudejar seperti bangunan-bangunan Muslim lainnya di Andalusia, sehingga terlihatnya seperti bangunan yang didirikan muslim. Mendapat inspirasi dari istana dan bangunan-bangunan Muslim, Alcazar ini dilengkapi dengan kolam-kolam, irigasi, dan taman-taman yang sangat luas.
Alcazar of the Christian Monarchs
Alcazar of the Christian Monarchs
Alcazar of the Christian Monarchs
Alcazar of the Christian Monarchs
Dari istana inilah, Christophorus Columbus berhasil memperoleh bantuan dari Raja Ferdinand dan Ratu Isabella untuk menuju ‘Indies (Indonesia, Malaysia, Filipina)’ yang kaya dengan rempah-rempah dan komoditas berharga, namun ternyata malah benua lain yang ditemukan, yaitu benua Amerika. Pembiayaan ekspedisi ini berhasil setelah Christoporus Columbus mencoba berkali-kali. Christoporus Columbus yang merupakan orang Itali sudah mencoba berkali-kali ke berbagai kerajaan di Eropa, namun selalu gagal. Hingga akhirnya kerajaan Spanyol lah yang memberikan respon positif, itupun setelah berkali-kali Christoporus Columbus mencoba. Baru beberapa hari setelah Raja Ferdinand dan Ratu Isabella berhasil menaklukan kerajaan Islam terkahir di di Andalusia milik dinasti Nasrid di Granada, respon positif itu didapatkan. Di Alcazar of the Christian Monarchs lah Christoporus Columbus mendapatkan izin dan pendanaan untuk berlayar ke “Indies”.
Christoporus Columbus dan Raja Ferdinand-Ratu Isabella
Leave a Reply