Backpacking to Singapore and Malaysia (Part 4)

posted in: Indonesia, Traveling | 0

30 Juni 2013

Setelah beberapa jam yang lalu kami memacu adrenalin kami dari Malaysia, akhirnya kami bisa merasa sedikit lega tiba kembali di Singapura. Entah sejak kapan, tapi ketika berada di Singapura saya selalu merasa aman. Tidak khawatir memakai tas ransel dengan barang-barang diletakkan dimanapun, bahkan bertanya kepada siapapun di jalan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi, tapi daerah sekitar Golden Mile Tower masih sepi. Sebenarnya kami berencana langsung ke Masjid Sultan karena Golden Mile Tower ini masih di kawasan Bugis, kawasan di mana cukup banyak muslimnya. Tapi karena masih gelap, kami jadi bingung harus melalui jalan yang mana. Akhirnya kami memutuskan untuk menunggu kemudian bertanya jika matahari sudah mulai bersinar. Kami duduk-duduk di depan ATM center karena lampunya lebih terang dibanding sekitarnya. Ketika kami sedang menunggu, tiba-tiba ada sebuah sedan berhenti di depan kami. Dua orang pria turun dari sedan tersebut, satu orang keturunan Tionghoa, dan satunya lagi keturunan India. Ternyata mereka merupakan petugas bank yang hendak mengisikan uang ATM. Ternyata pengisian uang di ATM Singapura dilakukan ketika Subuh saat semua aktivitas kerja dan sekolah belum dimulai. Yang mengisikan ATM adalah pria keturunan Tionghoa, sedangkan pria keturunan India tersebut hanya diam mengawasi. Melihat pria keturunan India yang tidak terlihat sibuk, kami memutuskan untuk bertanya cara untuk pergi ke Masjid Sultan, karena kami ingin segera shalat Subuh sebelum matahari muncul. Tetapi sayang sekali, biarpun dia sudah memberi tahu dengan cara terbaiknya, kami tetap tidak mengerti dan masih khawatir tersesat. ^^’

Akhirnya karena bingung harus seperti apalagi untuk menjelaskan, dia mengatakan akan mengantarkan kami setelah dia mengantarkan bosnya yang keturunan Tionghoa tadi. Dia menyuruh kami menunggu dalam 10 menit. Dan benar saja, 10 menit kemudian dia sudah berada di depan kami. Kami diantarkan dengan sedannya. Sebenarnya ketika tadi kami bertanya dia menyuruh kami naik taksi saja biar tidak tersesat, tapi karena kami bilang kami adalah backpacker yang sedang berhemat dan ingin jalan, dia tertawa dan mengantarkan kami. Lagi dan lagi, kami ditolong orang yang baru kami kenal di Singapura. 🙂

Sesampainya di Masjid Sultan, kami segera wudhu untuk menunaikan shalat Subuh dan bersih-bersih. Selama di Singapura, masjid Sultan menjadi tempat favorit kami. Karena budget kami yang terbatas sebagai backpacker, kami hanya mengalokasikan anggaran untuk satu kali menginap.

Setelah shalat dan bersih-bersih, kami memutuskan untuk ke Universal Studio Singapore, tujuan terakhir kami selama backpacker-an di Singapura. Tapi.. again and again, kami selalu tersandung oleh tentengan kami.. Sama seperti sebelum-sebelumnya, jika berjalan-jalan tidak mungkin membawa tentengan sebanyak yang kami bawa. Pokoknya kami beneran kapok deh, ga bakal lagi mau bawa tentengan buat backpacker-an. ^^’ Cukup bawa satu tas saja yang besar itu lah backpacker sejati, hehe. Karena tak ada pilihan lain, kami pun memutuskan untuk kembali menitipkan barang kami di kantor teman meeting Bunda. Walaupun merasa tidak enak, tapi memang sudah tidak ada pilihan lain. Tidak mungkin kami menyewa penginapan hanya untuk menitipkan barang beberapa jam, karena malam ini juga kami akan kembali ke Indonesia. Karena waktu masih menunjukkan pukul 8 dan kami yakin kantor belum buka, kami memutuskan untuk sarapan dulu di salah satu restoran Arab. Kami memesan roti patra dan segelas teh tarik.

Roti Patra Singapura

Harganya cukup murah dibandingkan makanan lainnya di Singapura, cukup dengan 1,2 dollar Singapura kami sudah bisa menikmati roti patra dengan kuahnya. Dan… tentu saja srrrrrluuuup, enaaaak banget. :9

Setelah sarapan kami langsung menuju kantor teman meeting Bunda, dan.. ternyata masih tutup. Kantor buka jam 10, sedangkan waktu masih menunjukkan sekitar pukul 9. Ketika kami hendak menuju kantor, ada 2 orang bapak-bapak yang menyapa kami dengan Bahasa Indonesia. Ternyata mereka adalah ahli masak dari Bogor. Rupanya di Singapura sedang ada festival masakan yang mengundang Pak Bondan Winarno. Festival akan diadakan keesokan harinya dan kedua bapak tersebut menyuruh kami ikut. Tapi.. sayang sekali kami tidak bisa karena akan kembali ke Indonesia malam ini. Yah, kapan-kapan lagi Pak, kalo kami berkesempatan ke Singapura dan pas ada festival makanan kami pasti dateng. 😀

Setelah 1 jam menunggu, akhirnya kantor teman meeting bunda dibuka. Kami bertemu dengan karyawannya yang memang sudah mengenal kami. Tapi ternyata teman meeting Bunda belum datang ke kantor dan baru bisa datang agak siang. Dengan malu-malu kami mengatakan ingin menitipkan barang kami lagi.. hehe. Dan untungnya, dengan ramah mereka mempersilahkan kami untuk menitipkan barang kami. Hwaaaaa, lagi-lagi kami ditolong. Dalam hati kami bertekad jika kembali lagi ke Singapura sudah bekerja dan memiliki uang yang cukup untuk akomodasi kami. Kami bertekad menginap di MBS hotel yang terkenal itu.

Dari Bugis Street kami menggunakan MRT ke VivoCity, untuk sampai ke Sentosa Island, tempat dimana Universal Studio Singapore berada. Dari VivoCity kami menggunakan Sentosa Express. Dan harga tiketnya masih sama dengan tahun lalu ketika saya ke Sentosa Island. Di Sentosa Island tidak hanya Universal Studio saja yang menarik untuk dikunjungi, banyak tempat-tempat wisata menarik lainnya yang bisa kita kelilingi dengan menggunakan kereta Sentosa Express tanpa perlu membayar lagi. Ya.. jadi tiket kita unlimited seharian. Di Sentosa Island kita bisa mengunjungi berbagai pantai, termasuk pantai pasir putih. 🙂 Di Sentosa Island banyak sekali spot foto yang menarik, terutama toko-toko permen dan coklat yang unik-unik. Ketika kami sudah cukup lelah berkeliling, kami duduk-duduk di depan Lake of Dreams untuk melepas penat. Hingga kemudian kita melihat sedang ada liputan TV dengan pengisinya seorang aktris yang cantik. Tiba-tiba saja aktris tersebut duduk di sebelah kami dan menggunakan kerudung ala kadarnya. Karena khawatir mengganggu jalannya syuting, kami memutuskan untuk pergi. Ketika kami akan pergi, kru film menahan kami. Ternyata mereka ingin kami masuk acara reality show tersebut. Pantas saja ketika kami akan pergi, aktris yang tiba-tiba duduk di sebelah kami terlihat kecewa. Akhirnya kami diminta untuk berpartisipasi dalam acara TV Taiwan tersebut. Kami diwawancarai oleh aktris Taiwan tadi, dan mereka menyuruh kami mengucapkan ‘Singapore’ dalam bahasa Mandarin. Ga usah dibayangin gimana pelafalannya, hehe.

Hwaaaaaa, kami masuk acara TV Taiwan!! Rasanya saya ingin sekali segera melihat youtube untuk melihat video kami tadi. 🙂 Ada-ada saja kejadian aneh di Singapura, hehe.

Sentosa Island Singapura

Puas berkeliling Sentosa Island, kami memutuskan untuk segera ke Bugis Street mengambil barang kami. Sebelumnya kami membeli cheese cake untuk diberikan kepada teman meeting Bunda dan karyawannya yang telah banyak membantu kami selama ini. Tapi sayang sekali, ketika kami sampai di kantor teman meeting Bunda, beliau sedang tidak ditempat karena ada urusan bisnis. Kami pun memutuskan nanti akan mengirimkan email ucapan terima kasih. Setelah berterimakasih dan mengambil barang kami, kami segera ke  Chinatown untuk membeli oleh-oleh. Yaa, setelah 2 kali ke Singapura dan men-survey ke berbagai tempat, memang Chinatown-lah tempat yang paling murah untuk mencari oleh-oleh di Singapura.

Sebenarnya kami sangat ingin pergi mengunjungi rumah Bunda di Pasir Ris, tetapi karena Bunda sulit dihubungi dan waktu sudah sangat mepet dengan kepulangan kami ke Indonesia, kami memutuskan dari Chinatown kami langsung ke Bandara Changi. Mungkin tahun ini belum rezeki kami merasakan Coto Makassar yang dijanjikan Bunda jika kami mengunjungi rumahnya. Kami pun memutuskan sesampainya di Indonesia kami menelpon dan mengirimkan email terima kasih kepada Bunda. Semoga bisa bertemu lagi di tahun berikutnya. :)Karena waktu yang sudah mepet dengan jadwal keberangkatan kami ke Indonesia, dan setelah menghitung lamanya perjalanan ke Bandara dengan menggunakan MRT terlalu berisiko, kami pun memutuskan untuk naik taksi ke Bandara. Di depan Masjid Jamee untungnya kami langsung menemukan taksi. Supir taksinya adalah seorang melayu berkopiah. Kami berbicara banyak tentang Singapura dengannya, dari mulai kehidupan sebagai muslim, sampai makanan halal. Selalu menyenangkan bertemu Muslin di tempat yang minoritas Muslim, rasanya seperti bertemu dengan saudara yang sudah lama tidak bertemu. 🙂

Alhamdulillah, tepat seperti dugaan kami, dengan menggunakan taksi kami tiba satu jam lebih sebelum keberangkatan. Sebelum berangkat kami memang harus check-in dulu, paling tidak 1 jam sebelum keberangkatan. Tidak terbayang betapa paniknya jika kami sampai menggunakan MRT.

Setelah check in dan mengambil uang deposit kami dari Singapore Tourist Pass, kami segera menuju ruang tunggu. Ternyata benar, seperti yang dibilang di blog-blog orang, di ruang tunggu terdapat internet gratis. Akan tetapi kami harus bergantian menggunakannya, paling lama sekitar 15 menit. Jika tidak ada yang mengantri, kami bisa menggunakan internet lagi untuk 15 menit berikutnya.

Begitulah kawan perjalanan kami selama backpacking di Singapura dan Malaysia, tentunya masih banyak cerita-cerita menarik yang tidak sempat kami tuliskan. Kami berharap kawan-kawan merasakannya sendiri. Let’s travel around the world! And you will love your God more..  It’s always nice to meet new people and new culture..

“Clever and civilized men will not stay at home. Leave your homeland and explore foreign fields. Go out! You shall find replacements for those you have left. Give your all, the sweetness of life will be tasted after the struggle…” (Travel by Imam Syafii, cited from The Land of Five Towers)

See you with other stories from other countries.

Next : Traveling Murah di Eropa dengan Megabus

Previous : Backpacking to Singapore and Malaysia (Part 3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *